A. Pengertian
1. Opini
Seperti ilmu sosial lainnya, definisi
opini (pendapat) sulit untuk dirumuskan secara lengkap dan utuh. Ada
berbagai definisi yang muncul, tergantung dari sisi mana kita
melihatnya, Ilmu Komunikasi mendefinisikan opini sebagai pertukaran
informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat dan
dinyatakan secara terbuka. Opini sebagai komunikasi mengenai soal-soal
tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada
orang tertentu akan membawa efek tertentu pula (Bernard Berelson).
2. Opini Publik
Ilmu
Psikologi mendefinisikan opini publik sebagai hasil dari sikap
sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap
rangsangan yang sama dari luar (Leonard W. Doob)
Sekalipun untuk
keperluan teoritik dikenal adanya tiga pendekatan diatas, dalam
prakteknya opini publik tidak bisa dipahami hanya dengan menggunakan
satu pendekatan saja. Opini publik hanya terbentuk bila ada informasi
yang memadai dan warga masyarakat bereaksi terhadap isu tersebut.
Opini publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata
2. dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan
3. masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan
4. dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi
5. yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota masyarakat
6. opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan
7. partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama yang terancam.
8. memungkinkan adanya kontra-opini.
3. Proses Pembentukan Opini Publik
Proses terbentuknya opini publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu :
1. Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan.
2. Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif
3. Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok.
4. Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih luas.
Erikson, Lutberg dan Tedin mengemukakan adanya empat tahap terbentuknya opini publik :
1. Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak
2. Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau standar ganda.
3. Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan isu tersebut, seperti politisi atau akademisi
4. Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu tersebut diketahui khalayak.
Opini
publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah
tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik
merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena
kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan
pernyataan setuju. Opini publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada
lagi yang menentang pendapat akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau
mungkin karena argumentasi untuk menolak sudah habis.
Berdasarkan
terbentuknya opini publik, kita mengenal opini publik yang murni. Opini
publik murni adalah opini publik yang lahir dari reaksi masyarakat atas
suatu masalah (isu). Sedangkan opini publik yang tidak murni dapat
berupa :
1. Manipulated Public Opinion, yaitu opini publik yang dimanipulasikan atau dipermainkan dengan cerdik
2. Planned Public Opinion, yaitu opini yang direncanakan
3. Intended Public Opinion, yaitu opini yang dikehendaki
4. Programmed Public Opinion, yaitu opini yang diprogramkan
5. Desired Public Opinion, yaitu opini yang diinginkan
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Publik
Opini publik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Pendidikan
Pendidikan,
baik formal maupun non formal, banyak mempengaruhi dan membentuk
persepsi seseorang. Orang berpendidikan cukup, memiliki sikap yang lebih
mandiri ketimbang kelompok yang kurang berpendidikan. Yang terakhir
cenderung mengikut.
2. Kondisi Sosial
Masyarakat yang terdiri
dari kelompok tertutup akan memiliki pendapat yang lebih sempit daripada
kelompok masyarakat terbuka. Dalam masyarakat tertutup, komunikasi
dengan luar sulit dilakukan.
3. Kondisi Ekonomi
Masyarakat yang
kebutuhan minimumnya terpenuhi dan masalah survive bukan lagi merupakan
bahaya yang mengancam, adalah masyarakat yang tenang dan demokratis.
4. Ideologi
Ideologi
adalah hasil kristalisasi nilai yang ada dalam masyarakat. Ia juga
merupakan pemikiran khas suatu kelompok. Karena titik tolaknya adalah
kepentingan ego, maka ideologi cenderung mengarah pada egoisme atau
kelompokisme.
5. Organisasi
Dalam organisasi orang
berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai ragam kepentingan. Dalam
organisasi orang dapat menyalurkan pendapat dan keinginannya. Karena
dalam kelompok ini orang cenderung bersedia menyamakan pendapatnya, maka
pendapat umum mudah terbentuk.
6. Media Massa
Persepsi
masyarakat dapat dibentuk oleh media massa. Media massa dapat membentuk
pendapat umum dengan cara pemberitaan yang sensasional dan
berkesinambungan.
B. Mengelola Opini untuk Menggerakkan Massa
“Mengelola
Opini untuk Menggerakkan Massa”menurut saya skill penting yang mesti
dimiliki setiap orang sebagai sebuah keterampilan memimpin. Generasi
muda sebagai mandataris perubahan dimasa depan mesti cakap dalam
mengorganisir ide perubahan sebelum dilempar kepada masyarakat. Untuk
itu mahasiswa berpotensi menjadi opinion maker dalam menyuarakan
perubahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali kita terlibat
dalam penggalangan dukungan untuk mencapai tujuan. Mulai dari hal yang
sederhana sampai masalah yang lebih besar dan strategis. Misalnya,
dengan alasan agar cepat sampai sekolah kita berusaha meyakinkan orang
tua agar mau dibelikan sepeda. Mulai dari untung dan ruginya memiliki
sepeda – coba kita utarakan kepada orang tua kita.
Nah, segala usaha
dan upaya meyakinkan kedua orang tua itu bisa dikatakan gerakan
mengelola opini anggota keluarga agar tujuan untuk memiliki sepeda
terpenuhi. Jadi menurut saya, pengertian pengelolaan opini bukan sebatas
membuat opini lalu dikirim kemedia massa. Tapi penggalangan massa demi
tujuan tertentu. Sedangkan cara dan bentuknya bisa bermacam-macam.
Pengelolaan
opini sebagai sebuah gerakan setidaknya ada tiga agenda yang mesti kita
kerjakan terlebih dahulu. Ketiga agenda itu bisa dijadikan acuan
tergantung tingkat kesulitan gerakan yang dibangun.
Pertama tentukan
tujuan gerakan. Sebelum melontarkan ide atau opini kepada publik secara
luas terlebih dahulu tujuan gerakan harus ditetapkan secara tepat.
Disini missi gerakan harus menjadi ‘panglima’ yang akan menjadi menunjuk
arah. Namun pengalaman selama ini kenapa gerakan massa ‘layu’ ditengah
jalan –persoalannya penggerak opini terbuai dengan imbalan-imbalan
pragmatis yang ditemui ditengah jalan. Akibatnya ia lupa akan tujuan
gerakan.
Kedua, pegang data dan fakta. Bagi seorang organizer, data
adalah senjata yang paling ampuh. Dengan data dan fakta yang lengkap
serta akurat kelompok target gerakan akan sulit membantah kebenaran yang
kita sampaikan. Apa lagi itu bentuknya penyelewengan atau manipulasi.
Ini lah yang banyak dilakukan oleh banyak aktivis dalam menjalankan
programnya.
Ketiga, gali masalahnya. Berbekal data yang akurat
dengan sedikit analisa saja kita sudah mengetahui pangkal masalahnya,
kemudian dampaknya seperti apa. Bisa menimpa siapa saja dan lain
seterusnya. Kalau sudah akar masalah dan dampaknya tergali baru tawarkan
solusi penyelesaian dari problem sosial yang terjadi. Analisa yang
cerdas, akan menghasilkan jawaban yang cerdas pula.
Ketiga agenda
diatas adalah langkah minimal, jika masalah lebih luas dan komplek
dibutuhkan strategi- strategi lain yang bisa ditemukan dilapangan.
Karena sering kali fakta dilapangan berbicara lain dengan apa yang
dipikir ketika dibelakang meja. Di sinilah kemudian beberapa aktivis
gerakan memulai gerakan dengan terlebih dahulu memetakan lapangan
lengkap dengan kekuatan yang didaerah tersebut.
Dalam mengelola opini
menjadi sebuah gerakan, kita bisa belajar dari kesuksesan aktivis
gerakan dalam mewacanakan Aktivis Busuk (2004), pelanggaran HAM, gerakan
anti korupsi dan sebagainya. Kita bisa lihat, berbagai wacana yang
disampaikan itu ternyata selalu disuarakan ketika momentum datang.
Selain bekerja dengan rencana, mereka juga tidak pernah melewatkan
momentum dalam menyuarakan perubahan. Hasilnya mereka terlatih membaca
momentum.
Yang tidak kalah penting ketika mengelola opini menjadi
gerakan adalah berkongsi dengan media massa. Demi misi gerakan,
‘konspirasi’ dengan media perlu dibangun.Bukankah media membutuhkan
berita yang berasal dari masyarakat. Jika yang disampaikan itu benar dan
menyangkut kepentingan publik luas maka tidak ada alasan bagi media
untuk memberitakan apa yang ingin kita suarakan.
Pada dasarnya semua
media membutuhkan orang yang peduli dengan masyarakat. Media juga bisa
membedakan mana gerakan pura-pura alias bohong. Lalu untuk membangun
‘konspirasi’ dengan media, bisa dengan mengadakan jumpa pers, seminar,
lokakarya, demonstrasi atau menulis opini dan artikel dimedia massa.
Cara –cara ini malah sangat efektif mengundang media agar mau
memberitakan gerakan yang kita bangun.
Selanjutnya tokoh
masyarakat juga perlu dirangkul. Karena bagaimanapun realitas masyarakat
di Indonesia masih sangat mempercayai dan bergantung kepada tokoh.
Selain akan menjadi penggerak utama, mereka bisa dimanfaatkan sebagai
‘bemper’ jika gerakan mendapatkan pertentangan dari penguasa atau
kelompok tertentu yang merasa terusik. Dengan pengaruh yang dia miliki
tentunya kelompok penentang akan berpikir sekian kali jika ingin
mengganggu.
Terkait dengan apa yang kita bicarakan hari ini,
Bill Drayton, pendiri organisasi Ashoka AS dalam bukunya Mengubah Dunia,
Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru yang ditulis oleh David
Bornsten mengatakan orang cerdas adalah orang yang tidak puas memberi
ikan atau puas mengajari cara memancing. Orang cerdas adalah orang yang
terus berjuang tanpa mengenal lelah melakukan perubahan sistemik
mengubah sistem industri perikanan demi terciptanya keadilan dan
kemakmuran.
Saya pikir itulah tujuan kita belajar mengelola opini menjadi gerakan aksi bersama.
terimakasih sahabat
BalasHapussangat bermanfaat sekali
ijin copas ya, hehe
siip slam pergerakan sahabt ...
BalasHapussalam pergerakan !
BalasHapus